Latar belakang Komunikasi Profetik
Point 1. Perkembangan digital memicu munculnya komunikasi profetik
Point 2. Bersatunya kebudayaan dan agama menjadi zaman dimana budaya tersebut dianggap sebagai aktivitas agama dan juga sebaliknya
Point 3. Kesalahpahaman antara barat dan islam dan sebaliknya , bahkan islam dengan islam itu sendiri
Point 4. Komunikasi profetik diartikan sebagai sebuah ilmu komunikasi yang mencakup nilai-nilai kenabian mulai dari adanya humanisasi, liberasi dan tresendensi.
Podcast 2
Kontribusi islam dalam perkembangan Ilmu Komunikasi
- Sejarah Tulisan dan Media Cerak
1. Percetakan sudah ada dari zaman china ditahun 600SM
2. Pada Zaman Rasullullah tulis menulis sudah menjadi hal yang biasa
3. Pada Abad ke 17 pertama kali koran atau surat kabar terbit
4. 1890-1920 periode Emas media cetak
5. Pada awal 1920 koran tergeser oleh radio
6. Perkembangan ilmu komunikasi islam dipersulit sejarah yang ada di Barat
B. Sumber kajian komunikasi dalam Islam
1. Masjid pada awalnya berfungsi sebagai pusat dan saran interaksi dan komunikasi sosial serta juga ekonomi
2. Iqro sebagau dasar kajian komunikasi dalam islam
C. Masa depan perkembangan ilmu komunikasi
- tekhnologi lama menghadirkan peran baru, contohnya radio menghadirkan podcast
- perkembangan media baru sangat mempengaruhi berkembangnya ilmu komunikasi
- perkembangan tekhnologi tidak bisa menggantikan sepenuhnya media komunikasi konvensional
Podcast 3
Mempertemukan Ilmu Agama dengan Pengetahuan
1. Ilmu komunikasi sudah hadir sejak manusia pertama didunia yaitu Nabi Adam
2. Ilmu komunikasi akhirnya masuk ke kajian budaya antropologi
3. Pada tahun 1947 Laswell menyusun model komunikasi
4. Istilah profetik mengacu pada peristiwa isra’ Miraj ketika Nabi berdakwah setelah mendapat wahyu dan petunjuk untuk menyampaikan kebenaran
5. Sunnah Nabu adalah etika Profetik
6. Tujuan Humanisasi menanusiakan manusia , membebaskan manusia dari kemiskinan structural dan membebaskan manusia dari keangkuhan tekhnologi
7. Mengingat kembali Tuhan (Transendental)
Podcast 4
Polemik Fanatisme Pemikiran
Fanatisme menjadi polemik yang serius dalam pemikiran umat islam hingga , memunculkan pertanyaan mengapa unat islam lebih serius mensoroti isu-isu keagamaan daripada ilmu pengetahuan
Pada islam fundamental menginginkan keagamaan yang tekstual ( kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah) namun kurang memperhatikan konteks yang ada . Sedangkan dalam islam liberal, keagamaan islam dikombinaksikan dengan perkembangan zaman , jadi beradaptasi dengan ilmu modern . Kedua fanatisme ini menimbulkan polemik di tubuh islam yang tidak ada habisnya .
Podcast 5
Gagasan Awal Ilmu Sosial Profetik
Ilmu Sosial Profetik (ISP) digagas oleh Prof. Kuntowijoyo yang merupakan guru besar dari Ilmu Budaya dari Universitas Gadjah Mada. Ia adalah tokoh pemikir nasional dan penulis nasional, karya tulisnya telah mewarnai khazanah kepenulisan di Indonesia.
Gagasan awal ISP bermula dari kegelisahan seorang Kuntowijoyo yaitu : “Apa yang menjadi dasar dan sumber dari Ilmu Pengetahuan? Bagaimana kedudukan teologi dapat berdampak transformatif dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan?”. Ilmu menurut Plato berakar dari rasio akal, sedangkan menurut Aristoteles ilmu berasal dari pengalaman. Perdebatan antara empirisme dan rasionalisme ini menjadi khazanah pemikiran dalam melahirkan ilmu pengetahuan.
Newton juga menemukan hukum fisika secara tidak sengaja. awalnya ia melihat fenomena jatuhnya apel, lalu munculah pertanyaan “Mengapa apel jatuhnya ke bawah? Kenapa tidak ke atas atau mengambang?” Oleh karena itu, munculah hukum gravitasi yang sekarang menjadi ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Perkembangan teknologi berasal dari pengalaman manusia, contohnya seperti di zaman dahulu manusia menggunakan kuda, sapi, unta sebagai alat transportasinya, seiring berjalannya waktu berubah menjadi sepeda, motor, mobil, hingga pesawat. Hal tersebut membuktikan bahwasannya ilmu pengetahuan juga bisa berasal atau berakar dari pengalaman. Namun menurut kubu rasionalisme, untuk melahirkan suatu ilmu pengetahuan tidak perlu melalui sebuah pengalaman atau eksperimen tapi menggunakan penalaran, logika, dan pemikiran untuk menciptakan atau mengembangkan teknologi.
Perdebatan konsep antara sumber ilmu pengetahuan tersebut hingga saat ini belum menemukan titik terang, oleh karena itu munculah yang namanya kontruksivisme. Kontruksuvisme berasumsi bahwa orang menciptakan ilmu pengetahuan agar dapat berjalan secara pragmatis di dunia, fenomena dapat dipandang secara berbeda, memandang apa yang telah dihasilkan oleh ilmuan dunia. Namun, hal tersebut juga tidak bisa memastikan darimana Ilmu Pengetahuan itu berakar.
Prof. Kuntowijoyo memberikan perspektif lain bahwasannya ilmu pengetahuan dengan disertakan konsep wahyu didalamnya. Dimana Kuntowijoyo memberikan jalan tengah antara aliran empirisme dan rasionalisme yaitu menghadirkan konsep wahyu. Keberadaan wahyu menjadi perdebatan, namun Kuntowijoyo berasumsi bahwa wahyu dapat dijadikan sumber dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Wahyu atau Al-Qur’an mengandung berbagai macam ilmu pengetahuan. Dengan mengambangkan Ilmu Pengetahuan yang berkonsep wahyu maka lahirlah Ilmu Sosial Profetik
Profetik berasal dari bahasa inggris, yang artinya kenabian. Makna Profetik dalam epitimologis adalah sesuatu yang mengandung atau memiliki ciri seperti nabi, memiliki prakira, secara sederhana dapat diartikan sebagai “kenabian” baik dari sifat, nilai, dan pemikirannya. Kata Profetik dalam Ilmu sosial Profetik secara teologi menurut Kuntowijoyo adalah mengacu pada peristiwa Isra’ Mi’raj.
Puncak kenikmatan manusia adalah ketika berjumpa dengan Tuhannya, peristiwa Isra Mi’raj adalah momen Rasulullah menerima wahyu langsung dari Tuhan namun ia tidak tergoda dan memilih kembali ke dunia. Hal itu membuktikan bahwa Rasulullah bukanlah pribadi yang egois, ia adalah manusia pilihan yang memilih kembali ke dunia bersama manusia lainnya dengan berjuta persoalan di dalamnya.
Kuntowijoyo mampu menemukan spirit sosiologis yang mengacu kuat pada teologis, hal ini membuktikan bagaimana teologis memiliki sifat transformatif yaitu turunnya Rasulullah dari peristiwa Isra’ Mi’raj ke kehidupan sosial masyarakat. Kuntowijoyo melihat teologi lebih dinamis dan diskursif. Teologi digunakan sebagai kacamata untuk melihat segala sesuatu tentang fenomena sosial, teologi menjadi sesuatu tafsir progresif atas realitas bukan sebagai teologi secara pasif memantulkan berbagai realitas ketuhanan.
Dengan demikian, profetik dipakai dalam kategori etis, dan profetik merupakan kesadaran sosiologis dari nabi dalam sejarah untuk mengangkat derajat manusia atau dengan kata lain memanusiakan manusia. Singkatnya ilmu sosial profetik adalah ilmu yang meniru tentang tanggung jawab sosial para nabi.
Ilmu Profetik menemukan bentuk dalam wujud ilmu yang integralistik yang menyatukan wahyu Tuhan dan akal manusia menurut Kuntowijoyo. Dalam surat Al Imron:110 sebagai bentuk penguat dalam gagasannya. Makna surat Al-Imron:110 adalah kamu adalah umat (Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, yang mengajak berbuat ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah, penggalan ayat ini menunjukkan dua hal sekaligus: pertama, penegasan bahwa wahyu dapat dijadikan sumber pengetahuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, yang kedua, pembuktian wahyu dapat digunakan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Dalam surat tersebut, Kuntowijoyo menilai terdapat sejumlah filosofis: pertama, masyarakat utama atau khairu ummah artinya “kamu umat terbaik, kedua , kesadaran sejarah, liberasi amar ma’ruf, emansipasi, memanusiakan manusia, nahi munkar, trasedensi. Umat Islam adalah sebaik-baiknya umat manusia yang mengkonsolidasi kembali kejayaan ilmu pengetahuan Islam di masa lalu. Pemikiran Kuntowijaya tersebut disebut dengan Revolusi Ilmu Pengetahuan.